yoooo
Gue dulu
punya maenan asyik.
Ralat,gue itu dulu punya sepeda bmx
yang dijadiin maenan. Atomnya: ntu sepeda adalah sepeda pertama yg gue pake
saat belajar naek sepeda. Atom dari atomnya : dengan bejat sepeda itu gue siksa
secara ketidak prisepedaan.
Andaikan aja tuh sepeda punya nyawa
kayak kita,mungkin tuh sepeda bakalan pergi jauh dari rumah gue dan berharap
bisa merubah wujudnya agar gue gak bisa ngenalin dia lagi. Jumlah luka yang
diderita oleh sepeda bmx ini derita melebihi bulu ketek yang tumbuh pada ketek
manusia. Segala bentuk lecet yang dibayangkan oleh umat sepeda,telah dialami
oleh sepeda itu.
Keberingasan gue dalam menggunakan
sepeda dikomplitkan dengan kegoblokkan gue dalam mengapal jalan,karena gue blom
bisa baca arah kompas (ngikut anak pramuka) style menyetir dan menentukan arah CUMA pake satu jurus : insting.
‘Lo yakin banget ke arah sini
jalannya,Rot?’ kata Fika saat gue nganterin dia pulang naek sepeda gue.
‘Iye,yakin banget.’ Gue megang stir
sepeda dengan mantap dan liar.
‘Di depan ada pertigaan tuh,kea rah
mana lagi yak? Jger..gue lupa.’ Fika panik.
‘Take it easy lah..’ Gue jalan
lurus.
‘Oh,lurus toh. Lo udah apal jalan
sekarang,Rot?’
‘Enggak.’ Gue jawab dengan santai.
‘Terus..KENAPA LO JALAN LURUS?!’
Tereak Fika di telinga gue.
‘Pake insting dong! Gitu aja kok
repot..’ Gue menirukan gayanya si Abdurahman Wahid. Gaya.
‘Pake insting? Serius lo? Kita mo ke
Klandasan lho.’
‘Believe me’
Enam menit kemudian,terpajang
gede-gede papan diatas baliho : Selamat
Datang di Balikpapan Baru.
Fika ngeliatin gue dan bilang dengan
segenap jiwa raga,’Tolol lo’
Gubraks.
Mungkin sebelom gue mencoba untuk
menaiki sepeda,gue harus coba belajar naek sekuter terlebih dahulu. Seperti anak-anak
yang tinggal satu kompleks dengan gue.
Lanjut nanti
yahh!
Dah ngantukk
next diary
BERISSSSIIIIIIKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!! Sangat berisik!!
Aku jadi nggak bisa konsen belajar,aku dengar dari tante Diana,kakak mo ikut lomba nyanyi di pacifica foodcourt SEHINGGA dia terus-terusan melatih bakat ‘alami’-nya sepanjang hari sampai malam ini. Kuakui,suaranya lumayan (kalo nggak mao dibilang ancur),tapi semestinya ia sadar bahwa di dunia ini dia tidak hidup sendirian.
Makjaaann! Lama-lama aku bisa gila jika dia terus-terusan nyanyi seperti itu. Padahal malam ini, i have to study harder more than before,gara-gara besoknya ada ujian English yang lain daripada biasanya. Bukan hanya karena guru English-ku terkenal SANGAT pelit dalam memberi nilai,tapi juga karena jalan pikirannya SUSAH ditebakk. Aku pernah tanya sama anak-anak di kelas 9-1 (kelas unggulan kedua setelah kelasku,9-3) mengenai guru-ku yang satu itu dan mereka bilang soal-soal ujian yang dia buat TIDAK PERNAH sama. Dan kalaupun ada yang bisa dikatakan ”sama”,itu adalah ”sama-sama SUSAH” nah,jika aku terus-terusan diganggu seperti ini,bagaimana bisa dapet nilai terbaik? Ampun,deh! Mati aja sono!
Akhirnya,aku memutuskan untuk beristirahat sejenak,sambil mendengarkan musik. Dan tak disengaja mataku tertuju pada lemari di pojok kamarku. Penuh dengan buku.
Buku-buku itu berasal dari uang jajanku yang selalu kutabung,semua buku itu sudah habis kubaca dan kuingat sampai otakku rasanya mau pecah.
Pada dasarnya,aku ini orang yang serakah (weh,gak nyangka bakal ngomong begini). Selain ingin dunia mengakui keberadaanku,aku juga punya ambisi mencapai irisan ketiga dari pai pengetahuan. Menurut Terry Wagon dan Ken Blanchard,dunia pengetahuan kita terbagi menjadi tiga irisan pai. Irisan pertama dan terkecil,kita tahu apa yang kita tahu. Irisan kedua yang sedikit lebih besar dari irisan yang pertama kita tahu apa yang tidak kita tahu. Irisan ketiga,yaitu tingkat irisan yang ingin kucapai dan menguasai lebih daripada dua pertiga dari seluruh pai pengetahuan,kita tidak tahu apa yang tidak kita tahu (artinya,kita tahu segalanya). Serakah,toh? Tetapi memang begitulah imej ”orang jenius” (sekedar julukan) yang ada dalam pikiran orang awam,seperti yang sedang kuperankan sekarang ini.
Tak lama suara kakak pun sudah tidak terdengar (mungkin suaranya habis) ah,aku bisa belajar sekarang,aku heran kenapa ada orang yang sangat antusias mengikuti kompetisi seperti itu. Sebagai penganut Cartesian,yang mendewakan otak diatas segalanya,menurutku kompetisi yang menggunakan otak lebih bermutu daripada kontes menyanyi seperti itu. Tapi mungkin,cara berpikir tiap orang berbeda-beda.
Next day..
”Far,udah belajar?”
”Ah,kalau Farah sih nggak usah ditanya”
”KS yah ntar”
”Kamu duduk disebelahku,loh!”
”Ajarin aku dong,Farah.”
Ucapan-ucapan seperti inilah yang biasa kudapatkan menjelang ujian,dan seperti biasa aku hanya menanggapinya dengan senyuman.
”Far!” seseorang menepuk punggungku.
”Ajarin aku dong!”
”Oh,kamu,Temon”
”Ajarin aku ya? Pliisss” pintanya dengan wajah memelas,aku CUMA bisa anggukan kepala dan bertanya,
”Yang mana?”
”S-E-M-U-A!” ejanya tanpa rasa bersalah
“Hah?! Se-semua? Serius kamu?” tanyaku bego.
”Habis,aku nggak ngerti semuanya”
Aku cuma bisa menelan ludah,tatapan bego. Toh pada akhirnya aku mengajarinya sampai dia mengerti seratus persen,yang lain serius memerhatikan penjelasanku.
”Farah emang pinter,euy!” kata Tio alias Temon (kelasku kelas pelawak semua).
”Aku jadi ngerti lohh” kata yang lain.
”Terima kasih” jawabku. Bukan bermaksud menyombongkan diri,tapi seperti kata pepatah : orang yang menolak pujian berarti ingin dipuji dua kali,iya kan?
Tidak lama kemudian,seorang wanita berumur sekitar enam puluh tahunan memasuki ruangan.
”MASUKKAN SEMUA BUKU KE DALAM TAS!” serunya dengan suara lantang.
Ini dia,guru English yang terkenal nyentrik dan super galak itu. ( walau sering bikin kelasku tertawa terguling-guling,sih) namanya Bu Hetty,alias bu Happy. Mungkin para SeiDers bertanya-tanya dimana keletakan nyentriknya. Berkacamata,memakai jilbab,tidak pernah TIDAK menggunakan baju berwarna biru tua yang selalu kelihatan sesak karena perutnya yang terlalu besar—benar-benar sangat konvensional. Tetapi jalan pikirannya lain daripada yang lain (bisa dikatakan sejenis dengan guru PKn-ku) hal itulah yang menjadikan dia berbeda dan akhirnya dianggap nyentrik.
Setelah selesai membagikan kertas ujian..
”CAMKAN BAIK-BAIK! MURID YANG KETAHUAN MELAKUKAN TINDAKAN YANG MENCURIGAKAN SELAMA UJIAN BERLANGSUNG,DENGAN KATA LAIN MENYONTEK,AKAN DINYATAKAN TIDAK LULUS SEKETIKA ITU JUGA.”
glekh.
Seluruh anak-anak dikelas pada keringet dingin,begitu juga denganku.
Nasib,jangan khianati diriku!
Habisnya,guru ini nggak pernah main-main dengan ucapannya. Dulu pernah kejadian pas UAS 1,semua murid pada tegang karena ujiannya gak ada yang ngerti,boro-boro anak-anak sekelas,aku aja gak ngerti (yang pada akhirnya kuputuskan untuk menembak jawaban dan akhirnya salah 8 saja,mantap juga ) ehh..nggak taunya,ada suara HP..HP!!!!!!!!!! aku melongo,yang lain pada celingak-celinguk. Dan celakanya,yang menjaga waktu itu adalah pak afcar,pak lukman,pak harris,pak pras,pak hening,dan yang terakhir ialah bu hetty. Busetttt..kelas berat semua! Kalo guru cowok sih,gak apa-apa. Toh aku juga sering bergaul dengan mereka (ini dikarenakan aku nggak bisa bersosialisasi dengan teman sebaya,parah kan?) tapi sama bu hetty? Aduhh..sukur deh kalo aku jadi murid kebanggaannya ( walaupun aku juga sering ”dibantai” sama guru itu)
Okok,,back to the story…
HP,,
Para guru langsung sigap ngomong pada waktu yang sama
“Siapa yang bawa HP ke dalam ruang ujian?!”
mampus.
Aku emang bawa HP,tapi aku nggak setolol itu,membiarkan HP nyala selama ujian. Apalagi sampai menaruhnya di laci meja,sementara guru masih memandang kami dengan tatapan yang membunuh (mungkin,kalo ada laser pembunuh di mata mereka,mungkin kami semua sudah mati dari dulu)nggak taunya…
“HP-nya Doddy,buu!!!” salah seorang anak berteriak di kelas.
Yang disebut namanya,mulai pucat,menatap muka anak-anak satu persatu,aku,yang dilihatnya langsung menyiratkan seperti ini
“Bantu,aku,rah..” memelas.
Aku cuma bisa memberikan doa-doa supaya dia nggak “dimakan” ama bu hetty.
Tapi,yang namanya takdir,tetaplah takdir,gak akan kembali lagi ke kandangnya kayak ayam.
“DODDY! SINI KAMU!” bu hetty tereak kenceng saking emosinya,aduh buu..jangan begitu donk! Ntar ibu bisa penyakit jantung lagi! Cerocosku dalam hati.
Bengong.
Semua anak melongo bego dan kasihan ke doddy.
Lalu,keajaiban pun datang,
Bagaikan dapet duren runtuh dari surga,kita langsung panjatkan syukur ke Tuhan.
Datang seorang lelaki berumur lima puluh tahunan memasuki ruang ujian kami.
Sebenarnya sih,aku tidak begitu mengharapkan kedatangan guru tersebut,tapi dikarenakan kondisinya yang sudah mendesak sekali. Okelah,I’ll give him a chance.
Dan parahnya,guru itu sering dijadikan bahan olokan di kelasku,yah..kalo masalah gossip,geng,perkelahian antar geng..kami pusat dari semuanya. Dan kalian ingin tahu apa julukannya?
Mr.Doraemon.
Yup! Si doraemon alias kantong ajaib yang bisa mengabulkan apa aja! Hehe..
Kita semua ngasi nama ini bukan hanya kebetulan semata loh! Tapi karena suara dan perutnya—sangat jauh konvensional dan kontroversial. Itu sebabnya kami menamainya,doraemon. Maunya sih,do-re-mi tapi karena tuh guru cuma jago maen gitar,nggak pantes dapet gelar yang satu itu.
Capek muter,langsung aja ya?
Guru itu tadi [baca : doraemon] langsung masuk kelas sambil bilang
”Salam,anak-anak”menyapa dengan wajah yang sumringah.
”Salam,pak”
”Ada apa ini? Kok mukanya pucat semua? Ujiannya susah?”kali ini sambil tertawa iblis.
”Engg..anu,pak..engg..” jawabku sambil mikir kata-kata yang pas untuk menggambarkan situasi yang dialami oleh Doddy,karena mikirnya kelamaan,si Dito langsung nyamber ngomong kenceng ke mr.doraemon.
”PAK! HP,PAK!”
kami semua langsung menatap Dito dengan kaget,karena nggak pernah nyangka dia langsung bicara ke pokok bahasan tanpa basa-basi terlebih dulu.
”HP siapa?” kali ini giliran mr.doraemon yang nanya.
”DODDY,PAK!” lagi-lagi kami menatap Dito. Ini anak kok ngomong nggak pake tedeng aling-aling,to the point.
Loh? Kok nyambung kesini? Udah ah!!!
Aku seperti terkena sengatan babi rusa,merinding ngeri liat soalnya.
”so-soal i-ini kan..” panikku dalam hati,memasang raut muka seperti orang ingin menangis. Aku nggak tau kalo ada bu hetty disampingku,dan aku disadarkan dengan kalimat ini,
”I never see like this before,scare?” Tanya bu hetty sambil memandangku dengan sinis.
”Oh,yea? I’m not scare at all,boo-hoo” jawabku sambil terus memerhatikan soal.
Ibu yang satu ini benar-benar gila,aku tidak pernah membayangkan bahwa yang akan keluar adalah soal-soal yang menjurus ke simple past n present perfect! Sumpah,kalo belajar simple past,mungkin aku sudah diluar kepala,tapi present perfect? Aku yakin dikelasku tidak ada yang sanggup menjawab pertanyaan yang menggunakan present perfect. Aku akui ibu hebat,ibu tau cara mematikan aku dengan tepat.
ok..itu aja
Gue dulu
punya maenan asyik.
Ralat,gue itu dulu punya sepeda bmx
yang dijadiin maenan. Atomnya: ntu sepeda adalah sepeda pertama yg gue pake
saat belajar naek sepeda. Atom dari atomnya : dengan bejat sepeda itu gue siksa
secara ketidak prisepedaan.
Andaikan aja tuh sepeda punya nyawa
kayak kita,mungkin tuh sepeda bakalan pergi jauh dari rumah gue dan berharap
bisa merubah wujudnya agar gue gak bisa ngenalin dia lagi. Jumlah luka yang
diderita oleh sepeda bmx ini derita melebihi bulu ketek yang tumbuh pada ketek
manusia. Segala bentuk lecet yang dibayangkan oleh umat sepeda,telah dialami
oleh sepeda itu.
Keberingasan gue dalam menggunakan
sepeda dikomplitkan dengan kegoblokkan gue dalam mengapal jalan,karena gue blom
bisa baca arah kompas (ngikut anak pramuka) style menyetir dan menentukan arah CUMA pake satu jurus : insting.
‘Lo yakin banget ke arah sini
jalannya,Rot?’ kata Fika saat gue nganterin dia pulang naek sepeda gue.
‘Iye,yakin banget.’ Gue megang stir
sepeda dengan mantap dan liar.
‘Di depan ada pertigaan tuh,kea rah
mana lagi yak? Jger..gue lupa.’ Fika panik.
‘Take it easy lah..’ Gue jalan
lurus.
‘Oh,lurus toh. Lo udah apal jalan
sekarang,Rot?’
‘Enggak.’ Gue jawab dengan santai.
‘Terus..KENAPA LO JALAN LURUS?!’
Tereak Fika di telinga gue.
‘Pake insting dong! Gitu aja kok
repot..’ Gue menirukan gayanya si Abdurahman Wahid. Gaya.
‘Pake insting? Serius lo? Kita mo ke
Klandasan lho.’
‘Believe me’
Enam menit kemudian,terpajang
gede-gede papan diatas baliho : Selamat
Datang di Balikpapan Baru.
Fika ngeliatin gue dan bilang dengan
segenap jiwa raga,’Tolol lo’
Gubraks.
Mungkin sebelom gue mencoba untuk
menaiki sepeda,gue harus coba belajar naek sekuter terlebih dahulu. Seperti anak-anak
yang tinggal satu kompleks dengan gue.
Lanjut nanti
yahh!
Dah ngantukk
next diary
BERISSSSIIIIIIKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!! Sangat berisik!!
Aku jadi nggak bisa konsen belajar,aku dengar dari tante Diana,kakak mo ikut lomba nyanyi di pacifica foodcourt SEHINGGA dia terus-terusan melatih bakat ‘alami’-nya sepanjang hari sampai malam ini. Kuakui,suaranya lumayan (kalo nggak mao dibilang ancur),tapi semestinya ia sadar bahwa di dunia ini dia tidak hidup sendirian.
Makjaaann! Lama-lama aku bisa gila jika dia terus-terusan nyanyi seperti itu. Padahal malam ini, i have to study harder more than before,gara-gara besoknya ada ujian English yang lain daripada biasanya. Bukan hanya karena guru English-ku terkenal SANGAT pelit dalam memberi nilai,tapi juga karena jalan pikirannya SUSAH ditebakk. Aku pernah tanya sama anak-anak di kelas 9-1 (kelas unggulan kedua setelah kelasku,9-3) mengenai guru-ku yang satu itu dan mereka bilang soal-soal ujian yang dia buat TIDAK PERNAH sama. Dan kalaupun ada yang bisa dikatakan ”sama”,itu adalah ”sama-sama SUSAH” nah,jika aku terus-terusan diganggu seperti ini,bagaimana bisa dapet nilai terbaik? Ampun,deh! Mati aja sono!
Akhirnya,aku memutuskan untuk beristirahat sejenak,sambil mendengarkan musik. Dan tak disengaja mataku tertuju pada lemari di pojok kamarku. Penuh dengan buku.
Buku-buku itu berasal dari uang jajanku yang selalu kutabung,semua buku itu sudah habis kubaca dan kuingat sampai otakku rasanya mau pecah.
Pada dasarnya,aku ini orang yang serakah (weh,gak nyangka bakal ngomong begini). Selain ingin dunia mengakui keberadaanku,aku juga punya ambisi mencapai irisan ketiga dari pai pengetahuan. Menurut Terry Wagon dan Ken Blanchard,dunia pengetahuan kita terbagi menjadi tiga irisan pai. Irisan pertama dan terkecil,kita tahu apa yang kita tahu. Irisan kedua yang sedikit lebih besar dari irisan yang pertama kita tahu apa yang tidak kita tahu. Irisan ketiga,yaitu tingkat irisan yang ingin kucapai dan menguasai lebih daripada dua pertiga dari seluruh pai pengetahuan,kita tidak tahu apa yang tidak kita tahu (artinya,kita tahu segalanya). Serakah,toh? Tetapi memang begitulah imej ”orang jenius” (sekedar julukan) yang ada dalam pikiran orang awam,seperti yang sedang kuperankan sekarang ini.
Tak lama suara kakak pun sudah tidak terdengar (mungkin suaranya habis) ah,aku bisa belajar sekarang,aku heran kenapa ada orang yang sangat antusias mengikuti kompetisi seperti itu. Sebagai penganut Cartesian,yang mendewakan otak diatas segalanya,menurutku kompetisi yang menggunakan otak lebih bermutu daripada kontes menyanyi seperti itu. Tapi mungkin,cara berpikir tiap orang berbeda-beda.
Next day..
”Far,udah belajar?”
”Ah,kalau Farah sih nggak usah ditanya”
”KS yah ntar”
”Kamu duduk disebelahku,loh!”
”Ajarin aku dong,Farah.”
Ucapan-ucapan seperti inilah yang biasa kudapatkan menjelang ujian,dan seperti biasa aku hanya menanggapinya dengan senyuman.
”Far!” seseorang menepuk punggungku.
”Ajarin aku dong!”
”Oh,kamu,Temon”
”Ajarin aku ya? Pliisss” pintanya dengan wajah memelas,aku CUMA bisa anggukan kepala dan bertanya,
”Yang mana?”
”S-E-M-U-A!” ejanya tanpa rasa bersalah
“Hah?! Se-semua? Serius kamu?” tanyaku bego.
”Habis,aku nggak ngerti semuanya”
Aku cuma bisa menelan ludah,tatapan bego. Toh pada akhirnya aku mengajarinya sampai dia mengerti seratus persen,yang lain serius memerhatikan penjelasanku.
”Farah emang pinter,euy!” kata Tio alias Temon (kelasku kelas pelawak semua).
”Aku jadi ngerti lohh” kata yang lain.
”Terima kasih” jawabku. Bukan bermaksud menyombongkan diri,tapi seperti kata pepatah : orang yang menolak pujian berarti ingin dipuji dua kali,iya kan?
Tidak lama kemudian,seorang wanita berumur sekitar enam puluh tahunan memasuki ruangan.
”MASUKKAN SEMUA BUKU KE DALAM TAS!” serunya dengan suara lantang.
Ini dia,guru English yang terkenal nyentrik dan super galak itu. ( walau sering bikin kelasku tertawa terguling-guling,sih) namanya Bu Hetty,alias bu Happy. Mungkin para SeiDers bertanya-tanya dimana keletakan nyentriknya. Berkacamata,memakai jilbab,tidak pernah TIDAK menggunakan baju berwarna biru tua yang selalu kelihatan sesak karena perutnya yang terlalu besar—benar-benar sangat konvensional. Tetapi jalan pikirannya lain daripada yang lain (bisa dikatakan sejenis dengan guru PKn-ku) hal itulah yang menjadikan dia berbeda dan akhirnya dianggap nyentrik.
Setelah selesai membagikan kertas ujian..
”CAMKAN BAIK-BAIK! MURID YANG KETAHUAN MELAKUKAN TINDAKAN YANG MENCURIGAKAN SELAMA UJIAN BERLANGSUNG,DENGAN KATA LAIN MENYONTEK,AKAN DINYATAKAN TIDAK LULUS SEKETIKA ITU JUGA.”
glekh.
Seluruh anak-anak dikelas pada keringet dingin,begitu juga denganku.
Nasib,jangan khianati diriku!
Habisnya,guru ini nggak pernah main-main dengan ucapannya. Dulu pernah kejadian pas UAS 1,semua murid pada tegang karena ujiannya gak ada yang ngerti,boro-boro anak-anak sekelas,aku aja gak ngerti (yang pada akhirnya kuputuskan untuk menembak jawaban dan akhirnya salah 8 saja,mantap juga ) ehh..nggak taunya,ada suara HP..HP!!!!!!!!!! aku melongo,yang lain pada celingak-celinguk. Dan celakanya,yang menjaga waktu itu adalah pak afcar,pak lukman,pak harris,pak pras,pak hening,dan yang terakhir ialah bu hetty. Busetttt..kelas berat semua! Kalo guru cowok sih,gak apa-apa. Toh aku juga sering bergaul dengan mereka (ini dikarenakan aku nggak bisa bersosialisasi dengan teman sebaya,parah kan?) tapi sama bu hetty? Aduhh..sukur deh kalo aku jadi murid kebanggaannya ( walaupun aku juga sering ”dibantai” sama guru itu)
Okok,,back to the story…
HP,,
Para guru langsung sigap ngomong pada waktu yang sama
“Siapa yang bawa HP ke dalam ruang ujian?!”
mampus.
Aku emang bawa HP,tapi aku nggak setolol itu,membiarkan HP nyala selama ujian. Apalagi sampai menaruhnya di laci meja,sementara guru masih memandang kami dengan tatapan yang membunuh (mungkin,kalo ada laser pembunuh di mata mereka,mungkin kami semua sudah mati dari dulu)nggak taunya…
“HP-nya Doddy,buu!!!” salah seorang anak berteriak di kelas.
Yang disebut namanya,mulai pucat,menatap muka anak-anak satu persatu,aku,yang dilihatnya langsung menyiratkan seperti ini
“Bantu,aku,rah..” memelas.
Aku cuma bisa memberikan doa-doa supaya dia nggak “dimakan” ama bu hetty.
Tapi,yang namanya takdir,tetaplah takdir,gak akan kembali lagi ke kandangnya kayak ayam.
“DODDY! SINI KAMU!” bu hetty tereak kenceng saking emosinya,aduh buu..jangan begitu donk! Ntar ibu bisa penyakit jantung lagi! Cerocosku dalam hati.
Bengong.
Semua anak melongo bego dan kasihan ke doddy.
Lalu,keajaiban pun datang,
Bagaikan dapet duren runtuh dari surga,kita langsung panjatkan syukur ke Tuhan.
Datang seorang lelaki berumur lima puluh tahunan memasuki ruang ujian kami.
Sebenarnya sih,aku tidak begitu mengharapkan kedatangan guru tersebut,tapi dikarenakan kondisinya yang sudah mendesak sekali. Okelah,I’ll give him a chance.
Dan parahnya,guru itu sering dijadikan bahan olokan di kelasku,yah..kalo masalah gossip,geng,perkelahian antar geng..kami pusat dari semuanya. Dan kalian ingin tahu apa julukannya?
Mr.Doraemon.
Yup! Si doraemon alias kantong ajaib yang bisa mengabulkan apa aja! Hehe..
Kita semua ngasi nama ini bukan hanya kebetulan semata loh! Tapi karena suara dan perutnya—sangat jauh konvensional dan kontroversial. Itu sebabnya kami menamainya,doraemon. Maunya sih,do-re-mi tapi karena tuh guru cuma jago maen gitar,nggak pantes dapet gelar yang satu itu.
Capek muter,langsung aja ya?
Guru itu tadi [baca : doraemon] langsung masuk kelas sambil bilang
”Salam,anak-anak”menyapa dengan wajah yang sumringah.
”Salam,pak”
”Ada apa ini? Kok mukanya pucat semua? Ujiannya susah?”kali ini sambil tertawa iblis.
”Engg..anu,pak..engg..” jawabku sambil mikir kata-kata yang pas untuk menggambarkan situasi yang dialami oleh Doddy,karena mikirnya kelamaan,si Dito langsung nyamber ngomong kenceng ke mr.doraemon.
”PAK! HP,PAK!”
kami semua langsung menatap Dito dengan kaget,karena nggak pernah nyangka dia langsung bicara ke pokok bahasan tanpa basa-basi terlebih dulu.
”HP siapa?” kali ini giliran mr.doraemon yang nanya.
”DODDY,PAK!” lagi-lagi kami menatap Dito. Ini anak kok ngomong nggak pake tedeng aling-aling,to the point.
Loh? Kok nyambung kesini? Udah ah!!!
Aku seperti terkena sengatan babi rusa,merinding ngeri liat soalnya.
”so-soal i-ini kan..” panikku dalam hati,memasang raut muka seperti orang ingin menangis. Aku nggak tau kalo ada bu hetty disampingku,dan aku disadarkan dengan kalimat ini,
”I never see like this before,scare?” Tanya bu hetty sambil memandangku dengan sinis.
”Oh,yea? I’m not scare at all,boo-hoo” jawabku sambil terus memerhatikan soal.
Ibu yang satu ini benar-benar gila,aku tidak pernah membayangkan bahwa yang akan keluar adalah soal-soal yang menjurus ke simple past n present perfect! Sumpah,kalo belajar simple past,mungkin aku sudah diluar kepala,tapi present perfect? Aku yakin dikelasku tidak ada yang sanggup menjawab pertanyaan yang menggunakan present perfect. Aku akui ibu hebat,ibu tau cara mematikan aku dengan tepat.
ok..itu aja
Terakhir diubah oleh Minorita Shinobu tanggal Sun May 17, 2009 12:20 pm, total 1 kali diubah