c5s
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
c5s

[complete.colorful.comfortable.cheerful.creative] school


You are not connected. Please login or register

Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip

5 posters

Gimana Respon Kamu Mendengar Kematian Mbah Surip?

Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Vote_lcap40%Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Vote_rcap 40% [ 2 ]
Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Vote_lcap60%Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Vote_rcap 60% [ 3 ]
Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Vote_lcap0%Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Vote_rcap 0% [ 0 ]
Total Suara : 5


Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

1Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Empty Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Tue Aug 04, 2009 9:38 pm

Firdaus Toha

Firdaus Toha
3rd Grade Student
3rd Grade Student

apa pendapat anda ketika tau salah satu seniman berbakat ini meninggal?
ini ada sebuah artikel.

I Love U Full Mbah Surip (1)
Oleh jodhiyudono - 6 Maret 2009

Puyeng dengan situasi politik? Eneg dengan para politisi yang sedang bermain akrobat dengan jurus lama namun dikemas dalam bungkus baru? Atau… bingung lantaran belum punya calon untuk presiden kita pada pemilu presiden mendatang? Atau mungkin anda juga sedang frustasi lantaran partai yang Anda bela pada pemilu 9 April nanti ternyata masih memble di lembaga-lembaga survei?
Nah, supaya gak puyeng, gak eneg dan gak bingung, mari ikuti cerita saya. Siapa tahu, ini bisa jadi pelipur lara. Atau bisa menerbitkan senyum. Syukur-syukur, bisa membikin Anda terbahak-bahak.
Inilah perkisahan saya. Kisah seorang lelaki tua yang mendekati usia 60 tahun. Kisah seorang manusia bernama Mbah Surip! Mbah yang pernah saya tulis dulu di blog ini.
Di sekitar Anda barangkali ada juga manusia bernama Surip yang sudah berstatus mbah (kakek) lantaran sudah bercucu dan berusia lanjut. Tapi percayalah, dijamin beda dengan Mbah surip yang hendak saya ceritakan ini.
Tak percaya? Dari deskripsi fisik dan penampilannya saja, mbah yang satu ini memiliki keistimewaan. Mana ada seorang kakek berambut gimbal laiknya penganut rasta. Mana ada lelaki tua sanggup bernyanyi dengan gaya trash metal yang bisa membuat telinga pekak. Mana ada lelaki tua yang tak berumah tapi kreatif macam dia, sehingga darinya muncul puluhan bahkan ratusan lagu yang tercipta di sembarang tempat.
Saya bertemu dengan beliau…, ah ya, memang sepantasnya saya memakai sebutan beliau untuk orang yang saya hormati dan hargai ini. Ya, saya bertemu beliau beberapa hari yang lalu.
Saat itu, jalanan di depan Gelanggang Remaja Bulungan sudah sepi. Jam di tangan Mbah Surip sudah menunjuk angka dua dini hari. Tapi saya dan simbah masih asyik berbincang-bincang di emperan gelanggang remaja itu bersama beberapa seniman Bulungan.
“Palsu ya?” saya bertanya.”Apanya,” Mbah Surip ganti bertanya.”Rambutnya.”
“Lo…ini asli. Tariken (coba tarik) kalau gak percaya.
“Belum sempat saya memegang rambutnya, mendadak hidung saya menangkap bau menyengat dari rambut Mbah Surip. Saya langsung berkomentar, “Kok bau rinso?”
“Kemarin siang aku baru keramas.”
“Pakai rinso?”
“Laiya.”
“Gak rontok?”
“Nyatanya sampai sekarang mbah belum botak.”
“Sebulan sekali ya keramasnya?”
“Enak aja. Aku keramas tiga hari sekali.”
“Udah tua kok nggaya?”
“Biarin.”
“Emang dulu idenya dari siapa milih model rambut gimbal begini?”
“Pas mau keluarin album pertama aku kepingin bikin gaya sendiri.”
“Terus?”
“Trus ketemu Tony Q (pimpinan kelompok regeae New Rastafara). Kayaknya asyik rambutnya (rambut Tony saat itu hingga kini bergaya gimbal). Ya sudah, aku minta caranya bikin rambut gimbal.”
“Berapa lama bikinnya?”
“Saking kepingin cepet jadi, pertama-tama rambutku diguyur cat.”
“Wah.”
Begitulah, sejak tahun 1997, saat Mbah Surip mengeluarkan album Ijo Royo-royo, sampai sekarang, rambut lelaki asal Mojokerto itu gimbal hingga sepinggang.
Dan lihatlah, sambil menyanyi Ijo Royo-royo, Mbah Surip mengibas-kibaskan rambutnya menuruti irama musik yang dia ciptakan melalui ketukan tangan pada meja.
Ijo royo-royo hidung panjang anak Semar, Petruk hidung menceng anak Semar, Gareng
Mula-mula, ketukan tangan Mbah Surip ritmis dan pelan.
Tapi dengarlah, memasuki bait kedua, tempo ketukannya makin cepat. Mulailah, rambut gimbalnya berkebaran mengikuti kepalanya yang ia putar-putarkan laiknya gerakan head-bang.
Ijo royo-royo hidung terong anak Semar, Bagong Ha ha ha ha ha, he he he he he, Bagong punya lakon Bagong beli lontong, gareng nggak dibagiPetruk marah-marah, Semar datang….bubar!
Gerak kepala dan rambut Mbah Surip makin kencang. Gelas kopi di hadapannya nyaris saja kesabet rambut gimbalnya. Buru-buru saya menghentikan aksi Mbah Surip.
“Eling, Mbah…eling.”
“He he he… mana kopiku, mana kopiku….glek.”
“Asyik ya Mbah?”
“He he he…”
Tuan dan puan yang budiman, boleh jadi Anda menganggap remeh syair karya Mbah Surip di atas. Tapi dengarlah penuturannya saat beliau saya tanya, apa maksud nyanyiannya itu.
“Lagu itu adalah gambaran tentang tokoh-tokoh bangsa ini yang menurut saya gambaran wataknya mirip dengan para punakawan. Ada yang mirip Gareng, Petruk, Bagong…Lucu-lucu. Ada yang tengil, methakil, kocak, dan… he he he…”
Wah! Ruar biasa, bukan?
“Suka politik juga ya, Mbah?”
“He he he…”
“Besok mau pilih siapa presidennya, Mbah?”
“Rahasia, dong.”
“Atau..siapa kira-kira yang mau jadi presiden periode 2009-2014 nanti, Mbah?”
“Seorang wanita!”
“Ngarang, gimana ceritanya?”
“Lihat saja nanti.”
“Alasannya apa?”
“Alasannya…karena penduduk Indonesia banyak wanitanya. Jadi, mereka pasti akan milih sesama wanita. He he he…Kalau situ, mau pilih siapa?” Mbah Surip bales bertanya pada saya.
“Siapa ya…, ah saya mau pilih Mbah Surip saja. Mau, Mbah?”
“He he he…”
“Mau nggak jadi presiden?”
“He he he…Kalau saya jadi presiden, rakyatnya aku kasih helikopter satu-satu.”
“Sombong amat, utang negara saja bejibun jumlahnya.”
“Itu karena dikelola oleh orang-orang nggak bener.”
“Emang masih ada orang bener, Mbah?”
“He he he…iya ya.”
“Situ masih bener nggak, Mbah?”
“He he he, tapi yang penting kan helikopter satu-satu. Kamu satu, Mas Amin dapat satu, Mas Jenderal dapat satu, Pak Semar juga kebagian satu…he he he.”
Mbah Surip lalu memaparkan reasoning pembagian helikopter kepada semua orang Indonesia jika dirinya terpilih jadi presiden. Katanya, kekayaan negeri ini sebetulnya luar biasa banyaknya. Semua hasil tambang ada. Mulai dari emas, minyak, batu bara, gas…
“Kekayaan negara Arab yang punya tambang minyak itu nggak ada apa-apanya dibanding negeri kita, he he he…”



Terakhir diubah oleh Firdaus Toha tanggal Sun Aug 23, 2009 2:46 pm, total 1 kali diubah

Firdaus Toha

Firdaus Toha
3rd Grade Student
3rd Grade Student

I Love U Full Mbah Surip (2)


Malam kian hitam. Mendung yang sejak sore telah mengapung di angkasa, makin membuat langit kawasan Blok M tambah gulita. Selain saya dan Mbah Surip yang masih asyik ngobrol, di sudut lain juga masih ada beberapa seniman yang sedang terlibat diskusi.
Saya lihat mata Mbah Surip menerawang. Saya menangkap ada kesunyian yang pekat di sana. Kesunyian lelaki tua yang menjalani hidupnya seorang diri. Saya curiga, jangan-jangan dia sedang mengenang masa remajanya yang gemilang, puluhan tahun lampau.
Ah, benar saja. Dari mulutnya muncul senandung cinta yang getir.
Wajahku sudah tak segar lagi…Senyumku sudah tak manis lagiRambutku sudah mulai memutihMengapa sayang, kau cinta padaku
“Hayo…, Mbah Surip sedang jatuh cinta ya?”
“He he he…”
“Sama siapa, Mbah?”
“He he he… sama perempuan.”
“Syukurlah, berarti Mbah Surip masih normal. Siapa dia Mbah?”
“Dia lulusan SD.”
“Wah, keterlaluan kamu Mbah. Masa jatuh cinta sama anak SD.”
“Biarin.”
“Namanya siapa?”
“Sarinah.”
“Alamatnya?”
“Dia tinggal di lereng Gunung Salak, Bogor.”
“Wah, pasti imut wajahnya ya, Mbah? Baru lulus SD.”
“He he he…imut apa, dia itu lulusan SD tahun ’45!”
* * *
Jalanan tambah sunyi, sesunyi hidup Mbah Surip yang menghabiskan waktunya di jalanan. Di balik penampilannya yang bersahaja, ternyata Mbah Surip adalah pribadi dengan riwayat yang kaya warna.
Saat menjadi pekerja di perusahaan pengeboran minyak dari tahun 1975 sampai 1986, ia pernah singgah di Texas, Brunei, Singapura, dan tempat-tempat penghasil minyak lainnya.
Ia juga pernah menghabiskan dua celana saat naik sepeda dari Mojokerto menuju Jakarta di akhir tahun 80-an. Tujuannya cuma satu, pingin menantang panco petinju Ellias Pical. Sayang, niatnya itu tak kesampaian.
Alhasil, ia terdampar di Bulungan. Hidup bersama para seniman. Berbagai cabang kesenian pun ia geluti. Mulai dari teater, lukis, hingga menyanyi. Waktu akhirnya menjawab, Mbah Surip ternyata memilih nyanyi sebagai jalan hidupnya kini.
Maka darinya lahir sekurangnya lima album rekaman nyanyi. Tahun 1997 ia mengeluarkan album Ijo Royo-royo. Disusul album Indonesia I (1998), Reformasi (1998), Tak Gendong (2003), dan Barang Baru (2004).
Untuk ukuran seorang penyanyi, prestasinya itu tentu cukup meyakinkan. Tapi apa boleh buat, industri rekaman negeri ini nyatanya lebih memilih artis-artis “wangi” ketimbang memilih Mbah Surip yang cuma beraroma parfume murahan dan wangi rinso yang meruab dari rambutnya nan gimbal sehabis keramas tiga hari sekali.
Nyatanya, penikmat musik negeri ini lebih suka mendengar kecengengan- kecengengan hidup ketimbang syair-syair lagu milik Mbah Surip yang telanjang dan bersahaja. Simaklah ini:
Nyanyian-nyanyian anak Badui…, nyanyian-nyanyian anak Badui Nyanyian itu sepi, nyanyian itu indah, nyanyian itu ramai
Nyanyian-nyanyian anak Badui, nyanyian-nyanyian anak Badui Nggak ada listrik, nggak ada radio, televisi, busway Nggak ada roti, yang ada kopi…Aman
Ya, ya…Mbah Surip terus menyanyi. Mbah Surip mana peduli lagunya mau didengar atau tidak, laku atau tidak. Asal ada kopi, rokok kretek, dan uang secukupnya untuk naik omprengan atau ojek, cukuplah membuatnya bahagia.
Lalu, ketika gerimis mulai turun pada dini hari itu, Mbah Surip memesan segelas kopi kepada penjaja kopi keliling. Setelah menghirup kopi dua teguk, sinar mata Mbah Surip yang semula redup, jadi menyala lagi.
Kopi…, hmmm…itulah hal yang amat penting dalam kehidupan Mbah Surip. Perempuan-perempuan cantik boleh berseliweran di hadapan Mbah Surip, tapi cinta Mbah Surip cuma pada kopi semata. Itu soalnya, dalam sehari beliau bisa minum bergelas-gelas kopi. Ditambah rokok kretek tiga bungkus dalam sehari semalam, maka menurut Mbah Surip…sempurnalah sudah hidupnya.
Sruput…, bush….. Begitulah cara Mbah Surip menikmati kopi sekaligus rokok. Dari penikmatan kopi itulah, kata Mbah Surip, ide-ide muncul. Tak cuma ide membuat lagu, tapi juga ide membuat jargon. Salah satu jargon yang terkenal di kalangan seniman kota Jakarta adalah jargon yang berbunyi “I love you full”.
Jargon berbahasa Inggris “ngawur” itu, kata Mbah Surip, muncul saat dirinya berada di Belitung.
Kala itu, ia bersama rombongan pelukis sedang jalan-jalan di Belitung. Di salah satu sudut kota Belitung, ia menjumpai warung-warung kopi yang jumlahnya sekitar 37 buah.
“Itu yang terdaftar. Seluruhnya mungkin ada seratusan jumlahnya,” ujar Mbah Surip mengenang.
Nah, salah satu warung kopi yang menjadi favoritnya adalah warung kopi milik Maryati Cui. Tapi sumpah mati, ujar Mbah Surip, bukan karena kecantikan Maryati Cui yang membuatnya betah berlama-lama di warung perempuan berdarah Cina itu.
“Kopinya itu, loh…buket, gandem, dan…nuiiikmat,” katanya.
Lantaran rasa kopi milik Maryati Cui yang nikmat itulah, yang buket itulah, maka spontan dari mulut Mbah Surip yang hitam oleh nikotin, muncul jargon spektakuler itu: I love you full.
He he he. Sekarang, Anda sudah tahu sebagian kisah Mbah Surip dan asal-usul jargon I love you full, kan? Tapi awas, janganlah Anda mendesak Mbah Surip untuk mengartikannya. Sebab, jika beliau diberondong pertanyaan apa sih artinya I love you full, maka bisa jadi Anda akan sakit hati, seperti yang dialami oleh seorang kawan yang bertanya kepadanya tentang makna I love you full itu.
“Apa sih artinya I love you full, Mbah…”
“He he he…”
“Mbah…”
“He he he…”
“Mbah!”
“Apa?!”
“Itu loh, artinya I love you full…”
“Artinya…aku cinta padamu, goblok!”

-Jodhi yudono-



Terakhir diubah oleh Firdaus Toha tanggal Sun Aug 23, 2009 2:47 pm, total 1 kali diubah

3Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Empty Re: Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Wed Aug 19, 2009 12:46 am

Haruka Lamperouge

Haruka Lamperouge
1st grade student
1st grade student

biasa aja tuh. yah, agak turut berduka cita mbah surip mninggal dunia crying we loph u pull mbah surip!! berharap

http://uchiharizuki.blogspot.com/

Ui-chi ~

Ui-chi ~
New Student
New Student

turut berduka cita pas mbah surip meninggal .. nyaaa
gag nyangka dia pergi secepet itu,
pas karirnya lagi melonjak gitu lagi... ><

http://yzminepucho.blogspot.com/

5Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Empty Re: Penghormatan Terakhir Untuk Mbah Surip Sun Aug 23, 2009 10:13 am

Dachin_Ajinomotoe

Dachin_Ajinomotoe
High Teacher
High Teacher

Menurut artikel di detik.com ternyata Mbah Surip cuman mendapatkan royalti sebesar 112 juta. Kasian banget....

LaRunnVianne

LaRunnVianne
8th Grade Student
8th Grade Student

sedih lah.. lagunya TOP gtuh. bikin ketawa. musisi kreatip.

pas meninggalnya kan di rumah sakit pusdiskes.. deket skola run, nah emg run kebetulan masuk siang pas berangkat jam 10.30 gtu naek ankot rame bgt ih rumah sakitnya.. pake ada mobil artis segala. ada manohara lagii xD~~

@papi: HAA??! SEGITU???! ih,, ksian banget >________<

@yazmien: iya.. kasian yah. pas karirnya lagi nanjak gtuu >_<

http://runnirunni.blogspot.com

Sponsored content



Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik