apa pendapat anda ketika tau salah satu seniman berbakat ini meninggal?
ini ada sebuah artikel.
I Love U Full Mbah Surip (1)
Oleh jodhiyudono - 6 Maret 2009
Puyeng dengan situasi politik? Eneg dengan para politisi yang sedang bermain akrobat dengan jurus lama namun dikemas dalam bungkus baru? Atau… bingung lantaran belum punya calon untuk presiden kita pada pemilu presiden mendatang? Atau mungkin anda juga sedang frustasi lantaran partai yang Anda bela pada pemilu 9 April nanti ternyata masih memble di lembaga-lembaga survei?
Nah, supaya gak puyeng, gak eneg dan gak bingung, mari ikuti cerita saya. Siapa tahu, ini bisa jadi pelipur lara. Atau bisa menerbitkan senyum. Syukur-syukur, bisa membikin Anda terbahak-bahak.
Inilah perkisahan saya. Kisah seorang lelaki tua yang mendekati usia 60 tahun. Kisah seorang manusia bernama Mbah Surip! Mbah yang pernah saya tulis dulu di blog ini.
Di sekitar Anda barangkali ada juga manusia bernama Surip yang sudah berstatus mbah (kakek) lantaran sudah bercucu dan berusia lanjut. Tapi percayalah, dijamin beda dengan Mbah surip yang hendak saya ceritakan ini.
Tak percaya? Dari deskripsi fisik dan penampilannya saja, mbah yang satu ini memiliki keistimewaan. Mana ada seorang kakek berambut gimbal laiknya penganut rasta. Mana ada lelaki tua sanggup bernyanyi dengan gaya trash metal yang bisa membuat telinga pekak. Mana ada lelaki tua yang tak berumah tapi kreatif macam dia, sehingga darinya muncul puluhan bahkan ratusan lagu yang tercipta di sembarang tempat.
Saya bertemu dengan beliau…, ah ya, memang sepantasnya saya memakai sebutan beliau untuk orang yang saya hormati dan hargai ini. Ya, saya bertemu beliau beberapa hari yang lalu.
Saat itu, jalanan di depan Gelanggang Remaja Bulungan sudah sepi. Jam di tangan Mbah Surip sudah menunjuk angka dua dini hari. Tapi saya dan simbah masih asyik berbincang-bincang di emperan gelanggang remaja itu bersama beberapa seniman Bulungan.
“Palsu ya?” saya bertanya.”Apanya,” Mbah Surip ganti bertanya.”Rambutnya.”
“Lo…ini asli. Tariken (coba tarik) kalau gak percaya.
“Belum sempat saya memegang rambutnya, mendadak hidung saya menangkap bau menyengat dari rambut Mbah Surip. Saya langsung berkomentar, “Kok bau rinso?”
“Kemarin siang aku baru keramas.”
“Pakai rinso?”
“Laiya.”
“Gak rontok?”
“Nyatanya sampai sekarang mbah belum botak.”
“Sebulan sekali ya keramasnya?”
“Enak aja. Aku keramas tiga hari sekali.”
“Udah tua kok nggaya?”
“Biarin.”
“Emang dulu idenya dari siapa milih model rambut gimbal begini?”
“Pas mau keluarin album pertama aku kepingin bikin gaya sendiri.”
“Terus?”
“Trus ketemu Tony Q (pimpinan kelompok regeae New Rastafara). Kayaknya asyik rambutnya (rambut Tony saat itu hingga kini bergaya gimbal). Ya sudah, aku minta caranya bikin rambut gimbal.”
“Berapa lama bikinnya?”
“Saking kepingin cepet jadi, pertama-tama rambutku diguyur cat.”
“Wah.”
Begitulah, sejak tahun 1997, saat Mbah Surip mengeluarkan album Ijo Royo-royo, sampai sekarang, rambut lelaki asal Mojokerto itu gimbal hingga sepinggang.
Dan lihatlah, sambil menyanyi Ijo Royo-royo, Mbah Surip mengibas-kibaskan rambutnya menuruti irama musik yang dia ciptakan melalui ketukan tangan pada meja.
Ijo royo-royo hidung panjang anak Semar, Petruk hidung menceng anak Semar, Gareng
Mula-mula, ketukan tangan Mbah Surip ritmis dan pelan.
Tapi dengarlah, memasuki bait kedua, tempo ketukannya makin cepat. Mulailah, rambut gimbalnya berkebaran mengikuti kepalanya yang ia putar-putarkan laiknya gerakan head-bang.
Ijo royo-royo hidung terong anak Semar, Bagong Ha ha ha ha ha, he he he he he, Bagong punya lakon Bagong beli lontong, gareng nggak dibagiPetruk marah-marah, Semar datang….bubar!
Gerak kepala dan rambut Mbah Surip makin kencang. Gelas kopi di hadapannya nyaris saja kesabet rambut gimbalnya. Buru-buru saya menghentikan aksi Mbah Surip.
“Eling, Mbah…eling.”
“He he he… mana kopiku, mana kopiku….glek.”
“Asyik ya Mbah?”
“He he he…”
Tuan dan puan yang budiman, boleh jadi Anda menganggap remeh syair karya Mbah Surip di atas. Tapi dengarlah penuturannya saat beliau saya tanya, apa maksud nyanyiannya itu.
“Lagu itu adalah gambaran tentang tokoh-tokoh bangsa ini yang menurut saya gambaran wataknya mirip dengan para punakawan. Ada yang mirip Gareng, Petruk, Bagong…Lucu-lucu. Ada yang tengil, methakil, kocak, dan… he he he…”
Wah! Ruar biasa, bukan?
“Suka politik juga ya, Mbah?”
“He he he…”
“Besok mau pilih siapa presidennya, Mbah?”
“Rahasia, dong.”
“Atau..siapa kira-kira yang mau jadi presiden periode 2009-2014 nanti, Mbah?”
“Seorang wanita!”
“Ngarang, gimana ceritanya?”
“Lihat saja nanti.”
“Alasannya apa?”
“Alasannya…karena penduduk Indonesia banyak wanitanya. Jadi, mereka pasti akan milih sesama wanita. He he he…Kalau situ, mau pilih siapa?” Mbah Surip bales bertanya pada saya.
“Siapa ya…, ah saya mau pilih Mbah Surip saja. Mau, Mbah?”
“He he he…”
“Mau nggak jadi presiden?”
“He he he…Kalau saya jadi presiden, rakyatnya aku kasih helikopter satu-satu.”
“Sombong amat, utang negara saja bejibun jumlahnya.”
“Itu karena dikelola oleh orang-orang nggak bener.”
“Emang masih ada orang bener, Mbah?”
“He he he…iya ya.”
“Situ masih bener nggak, Mbah?”
“He he he, tapi yang penting kan helikopter satu-satu. Kamu satu, Mas Amin dapat satu, Mas Jenderal dapat satu, Pak Semar juga kebagian satu…he he he.”
Mbah Surip lalu memaparkan reasoning pembagian helikopter kepada semua orang Indonesia jika dirinya terpilih jadi presiden. Katanya, kekayaan negeri ini sebetulnya luar biasa banyaknya. Semua hasil tambang ada. Mulai dari emas, minyak, batu bara, gas…
“Kekayaan negara Arab yang punya tambang minyak itu nggak ada apa-apanya dibanding negeri kita, he he he…”
ini ada sebuah artikel.
I Love U Full Mbah Surip (1)
Oleh jodhiyudono - 6 Maret 2009
Puyeng dengan situasi politik? Eneg dengan para politisi yang sedang bermain akrobat dengan jurus lama namun dikemas dalam bungkus baru? Atau… bingung lantaran belum punya calon untuk presiden kita pada pemilu presiden mendatang? Atau mungkin anda juga sedang frustasi lantaran partai yang Anda bela pada pemilu 9 April nanti ternyata masih memble di lembaga-lembaga survei?
Nah, supaya gak puyeng, gak eneg dan gak bingung, mari ikuti cerita saya. Siapa tahu, ini bisa jadi pelipur lara. Atau bisa menerbitkan senyum. Syukur-syukur, bisa membikin Anda terbahak-bahak.
Inilah perkisahan saya. Kisah seorang lelaki tua yang mendekati usia 60 tahun. Kisah seorang manusia bernama Mbah Surip! Mbah yang pernah saya tulis dulu di blog ini.
Di sekitar Anda barangkali ada juga manusia bernama Surip yang sudah berstatus mbah (kakek) lantaran sudah bercucu dan berusia lanjut. Tapi percayalah, dijamin beda dengan Mbah surip yang hendak saya ceritakan ini.
Tak percaya? Dari deskripsi fisik dan penampilannya saja, mbah yang satu ini memiliki keistimewaan. Mana ada seorang kakek berambut gimbal laiknya penganut rasta. Mana ada lelaki tua sanggup bernyanyi dengan gaya trash metal yang bisa membuat telinga pekak. Mana ada lelaki tua yang tak berumah tapi kreatif macam dia, sehingga darinya muncul puluhan bahkan ratusan lagu yang tercipta di sembarang tempat.
Saya bertemu dengan beliau…, ah ya, memang sepantasnya saya memakai sebutan beliau untuk orang yang saya hormati dan hargai ini. Ya, saya bertemu beliau beberapa hari yang lalu.
Saat itu, jalanan di depan Gelanggang Remaja Bulungan sudah sepi. Jam di tangan Mbah Surip sudah menunjuk angka dua dini hari. Tapi saya dan simbah masih asyik berbincang-bincang di emperan gelanggang remaja itu bersama beberapa seniman Bulungan.
“Palsu ya?” saya bertanya.”Apanya,” Mbah Surip ganti bertanya.”Rambutnya.”
“Lo…ini asli. Tariken (coba tarik) kalau gak percaya.
“Belum sempat saya memegang rambutnya, mendadak hidung saya menangkap bau menyengat dari rambut Mbah Surip. Saya langsung berkomentar, “Kok bau rinso?”
“Kemarin siang aku baru keramas.”
“Pakai rinso?”
“Laiya.”
“Gak rontok?”
“Nyatanya sampai sekarang mbah belum botak.”
“Sebulan sekali ya keramasnya?”
“Enak aja. Aku keramas tiga hari sekali.”
“Udah tua kok nggaya?”
“Biarin.”
“Emang dulu idenya dari siapa milih model rambut gimbal begini?”
“Pas mau keluarin album pertama aku kepingin bikin gaya sendiri.”
“Terus?”
“Trus ketemu Tony Q (pimpinan kelompok regeae New Rastafara). Kayaknya asyik rambutnya (rambut Tony saat itu hingga kini bergaya gimbal). Ya sudah, aku minta caranya bikin rambut gimbal.”
“Berapa lama bikinnya?”
“Saking kepingin cepet jadi, pertama-tama rambutku diguyur cat.”
“Wah.”
Begitulah, sejak tahun 1997, saat Mbah Surip mengeluarkan album Ijo Royo-royo, sampai sekarang, rambut lelaki asal Mojokerto itu gimbal hingga sepinggang.
Dan lihatlah, sambil menyanyi Ijo Royo-royo, Mbah Surip mengibas-kibaskan rambutnya menuruti irama musik yang dia ciptakan melalui ketukan tangan pada meja.
Ijo royo-royo hidung panjang anak Semar, Petruk hidung menceng anak Semar, Gareng
Mula-mula, ketukan tangan Mbah Surip ritmis dan pelan.
Tapi dengarlah, memasuki bait kedua, tempo ketukannya makin cepat. Mulailah, rambut gimbalnya berkebaran mengikuti kepalanya yang ia putar-putarkan laiknya gerakan head-bang.
Ijo royo-royo hidung terong anak Semar, Bagong Ha ha ha ha ha, he he he he he, Bagong punya lakon Bagong beli lontong, gareng nggak dibagiPetruk marah-marah, Semar datang….bubar!
Gerak kepala dan rambut Mbah Surip makin kencang. Gelas kopi di hadapannya nyaris saja kesabet rambut gimbalnya. Buru-buru saya menghentikan aksi Mbah Surip.
“Eling, Mbah…eling.”
“He he he… mana kopiku, mana kopiku….glek.”
“Asyik ya Mbah?”
“He he he…”
Tuan dan puan yang budiman, boleh jadi Anda menganggap remeh syair karya Mbah Surip di atas. Tapi dengarlah penuturannya saat beliau saya tanya, apa maksud nyanyiannya itu.
“Lagu itu adalah gambaran tentang tokoh-tokoh bangsa ini yang menurut saya gambaran wataknya mirip dengan para punakawan. Ada yang mirip Gareng, Petruk, Bagong…Lucu-lucu. Ada yang tengil, methakil, kocak, dan… he he he…”
Wah! Ruar biasa, bukan?
“Suka politik juga ya, Mbah?”
“He he he…”
“Besok mau pilih siapa presidennya, Mbah?”
“Rahasia, dong.”
“Atau..siapa kira-kira yang mau jadi presiden periode 2009-2014 nanti, Mbah?”
“Seorang wanita!”
“Ngarang, gimana ceritanya?”
“Lihat saja nanti.”
“Alasannya apa?”
“Alasannya…karena penduduk Indonesia banyak wanitanya. Jadi, mereka pasti akan milih sesama wanita. He he he…Kalau situ, mau pilih siapa?” Mbah Surip bales bertanya pada saya.
“Siapa ya…, ah saya mau pilih Mbah Surip saja. Mau, Mbah?”
“He he he…”
“Mau nggak jadi presiden?”
“He he he…Kalau saya jadi presiden, rakyatnya aku kasih helikopter satu-satu.”
“Sombong amat, utang negara saja bejibun jumlahnya.”
“Itu karena dikelola oleh orang-orang nggak bener.”
“Emang masih ada orang bener, Mbah?”
“He he he…iya ya.”
“Situ masih bener nggak, Mbah?”
“He he he, tapi yang penting kan helikopter satu-satu. Kamu satu, Mas Amin dapat satu, Mas Jenderal dapat satu, Pak Semar juga kebagian satu…he he he.”
Mbah Surip lalu memaparkan reasoning pembagian helikopter kepada semua orang Indonesia jika dirinya terpilih jadi presiden. Katanya, kekayaan negeri ini sebetulnya luar biasa banyaknya. Semua hasil tambang ada. Mulai dari emas, minyak, batu bara, gas…
“Kekayaan negara Arab yang punya tambang minyak itu nggak ada apa-apanya dibanding negeri kita, he he he…”
Terakhir diubah oleh Firdaus Toha tanggal Sun Aug 23, 2009 2:46 pm, total 1 kali diubah