c5s
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
c5s

[complete.colorful.comfortable.cheerful.creative] school


You are not connected. Please login or register

Cerita Hantu Muka Rata

2 posters

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

1Cerita Hantu Muka Rata Empty Cerita Hantu Muka Rata Sun Apr 26, 2009 4:08 pm

Dachin_Ajinomotoe

Dachin_Ajinomotoe
High Teacher
High Teacher

Dari: http://handarusakti.wordpress.com/index.php?s=muka+rata

Hantu Muka Rata Part I : IKIP Negeri Malang

Malam itu begitu sunyi. Seorang mahasiswi IKIP Negeri Malang berjalan tergesa-gesa menyusuri lorong Asrama Putri kampus yang senyap. Tak ada suara lain yang bisa didengarnya kecuali langkahnya sendiri. Terhenyak dia mendengar ada suara pria yang menyapanya dari belakang : “Baru pulang dari rental komputer ya mbak ?” “Iya, jawab dia sekenanya.” Mahasiswi ini bermaksud menoleh ke arah datangnya suara untuk mengetahui siapakah gerangan laki-laki yang menyapanya pada jam 11 malam, di Asrama Putri lagi. Namun begitu dia menoleh, betapa terkejutnya dia, seolah berhenti detak jantungnya. Orang yang menyapanya ternyata laki-laki dengan pakaian hitam tanpa muka alias muka rata. Kedua kakinya seolah terhunjam ke perut bumi. Untuk beberapa saat dia hanya bisa mematung dan tak bisa menyadari apa yang terjadi.

Begitu kesadarannya mulai kembali, sekuat tenaga dia berlari menuju kamarnya. Tepat di depan kamarnya dia bertemu dengan Pak Karjo. Walaupun dari belakang, namun dia yakin sekali kalau laki-laki itu adalah Pak Karjo penjaga malam kampus ini. Pada jam-jam tengah malam, Pak Karjo melakukan ronda keliling area kampus tidak terkecuali Asrama Putri. Untuk sejenak ketenangan mulai dapat dirasakannya. Sambil mengatur nafas dia menyapa Pak Karjo : “Ronda pak ?” “Iya neng, ada apa kok berlari-lari seperti dikejar-kejar setan ?” “Aku tadi bertemu dengan pria, namun ternyata mukanya rata, aku kira dia hantu atau mungkin aku berhalusinasi karena ke-cape-an habis nge-tik skripsi”, jawabnya. Bayangan Pak Karjo mulai berjalan mendekatinya, dari temaram lorong Asrama Putri, mulai muncullah bayangan Pak Karjo yang berperawakan tinggi besar, “Apa seperti ini, neng ?”. Menjeritlah mahasiswi ini, yang kontan membangunkan segenap penghuni Asrama Putri.

Inilah kisah seram yang diceritakan oleh Ririn kepadaku dan teman satu gengku yaitu Nadhir dan Yosi saat ngumpul di Perputakaan Unibraw. Kami memang sekelompok mahasiswa Jurusan Fisika yang sangat berminat di bidang Fisika Teori. Oh..ya, namaku Sakti. Aku adalah ketua geng ini. Kami memang sangat demen kumpul di perpus. Di tempat inilah kami bisa dapat referensi buku Fisika Teori yang memang susah ditemukan di perpustaakan Jurusan Fisika maupun Fakultas MIPA. Kami mahasiswa Fisika Angkatan ‘94. Kalau sudah kumpul di perpus pusat, kami berempat bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekedar baca buku atau asyik mendiskusikan masalah-masalah Fisika Teori.

“Kalian percaya hantu ?” tiba-tiba Yosi menanyakan sesuatu yang tak terduga oleh kami semua. “Itu hanya fenomena Quantum beda dimensi”, jawabku sekenanya. “Aku percaya, hantu adalah bagian dari yang ghoib yang harus kita imani.”, jawab Nadhir yang memang di antara kami berempat dia yang paling kuat agamanya. “Klo kamu, Rin ?”, tanya Yosi kepada Ririn yang paling penakut di antara kami karena memang dia satu-satunya cewek. “Aku rasa hanya halusinasi, psikologis !”, jawab Ririn yang segera ditimpali oleh Nadhir, ”Dasar penakut !”

“Ngomong-ngomong, aku pernah dengar cerita ini 3 yahun yang lalu, sewaktu kita masih mahasiswa baru”, kataku melanjutkan obrolan yang mulai gayeng. “Ini memang kisah tiga tahun yang lalu”, jawab Ririn. “Kalian tahu nggak, klo sekarang hantu muka rata itu sekarang sudah pindah ke ATM di depan perpus pusat ini ?”, kata Ririn yang membuat kami bertiga terhenyak. “Berarti di sini ?”, tanya Yosi dengan gelisah, karena memang kami sedang ngobrol di bangku tunggu di depan perpus pusat, tepat di sebalah timur ATM yang dibicarakan. “Sumpah loe, kamu serius, Rin ?”, tanyaku yang hampir mirip terdengar seperti membentak. Ririn mengangguk dan kami semua terdiam. Walaupun belum malam, ini jam 7 malam yang berarti sebentar lagi perpus akan tutup.

“Kalian belum pulang ?” tanya Pak Alim, tukang bersih-bersih perpus yang mulai menyapu teras perpus seperti kebiasaanya menjelang perpus tutup. “Iya pak, bentar lagi kami juga mau pulang”,jawabku sekenanya.

Sesampainya di kost Ririn, kami melanjutkan diskusi yang tadi terputus. “Bagaimana klo kita coba buktikan keberadaan Hantu Muka Rata ini ?”, celetuk Nadhir. “Kamu gila ya ? cari perkara saja”, timpal Ririn kesal. “Aku serius, gimana ?”, jawab Nadhir yang diiringi ajakan menempuh bahaya. Sejenak kami terdiam, hanyut pada pikiran masing-masing. Namun tak berapa lama kemudian Yosi berkata : “Aku mau !” Cepat-cepat aku menimpali “Aku juga !” “Bagaimana dengan kamu, Rin ?”, tanya Nadhir membuyarkan lamunan Ririn. “Okelah aku ikut.”, jawab Ririn agak terpaksa. “Baiklah sekarang kita pulang ke kost masing-masing, besok seusai kuliah Teori Relativitas Umum, kita ngobrol lagi tentang persiapan kita. Tempat berkumpul di perpus jurusan, bagaimana ?”, kataku mengakhiri pembicaraan di kost Ririn. Semua mengangguk setuju.

bersambung . . .



Terakhir diubah oleh Dachin_Ajinomotoe tanggal Sun Apr 26, 2009 4:13 pm, total 1 kali diubah

2Cerita Hantu Muka Rata Empty Re: Cerita Hantu Muka Rata Sun Apr 26, 2009 4:11 pm

Dachin_Ajinomotoe

Dachin_Ajinomotoe
High Teacher
High Teacher

Hantu Muka Rata Part II : ATM BNI Depan Perpus Unibraw

“Din, ini gimana ?” tanya Lita kepada Dini temannya satu kamar di kos-kos-an Watugong 19. “Yang jelas kamu memang harus transfer malam ini juga untuk biaya pengobatan adik kamu yang kecelakaan tadi sore di Jogja, kalau tidak adik kamu tidak bisa mendapatkan perawatan, baru besok pagi kita ke Jogja untuk melihat keadaanya di rumah sakit,” jawab Dini berusaha menenangkan sahabatnya. “Itu masalahnya, teman kos sekamar adik aku yang juga teman kuliahnya di Fisip UGM punyanya hanya ATM BNI. Sama dengan kita, Kartu mahasiswa sekaligus ATM, dasar pendidikan kapitalis !”, gerutu Lita yang walaupun keadaan genting tetap saja naluri “pemberontak” dari jiwa aktivisnya muncul. ”Berarti kan tidak ada masalah ? ATM teman adikmu satu bank dengan ATM kita. Maaf, apa doku kamu nge-pres ? aku ada kok !” kata Dini. “Gak, aku ada uang kok, masalahnya hanya ada 2 ATM BNI yang dekat dari sini, pertama ATM BNI di Soekarno Hatta, berarti masih jauh juga kan kalau jalan kaki dari sini ? dan yang kedua kamu tahu sendiri ATM BNI di depan perpus pusat.” jelas Lita.

Seketika wajah Dini pucat masam. Ya, semua tahu dengan kabar burung hantu muka rata di ATM BNI di depan perpus. “Gimana ?” tanya Lita membuyarkan lamunan Dini yang membayangkan cerita-cerita seram teman-temannya angkatan 1994 FIA Unibraw perihal si hantu muka rata ini. Ketakutannya bertambah ketika membayangkan harus melintasi jalan-jalan kampus yang lengang apalagi pada jam 10 malam seperti sekarang ini. Ditambah lagi di kanan-kirinya pepohonan yang rimbun. ”Hm, apa boleh buat, kita ke ATM BNI depan perpus aja.” tegas Dini. “Kamu yakin ?” tanya Lita. “Ya . . .,” jawab Dini sambil mengangguk namun ragu.

Maka berangkatlah mereka berdua dengan perasaan yang masih diliputi kegalauan karena adik Lita yang tertimpa musibah kecelakaan walaupun menurut temanya tidak parah. Ada juga desiran rasa takut bila kulit mereka merasakan tiupan dingin angin malam musim kemarau kota Malang. Bulu kuduk mereka berdiri ketika melihat banyangan pepohonan yang terkadang terlihat seprti kelebat hantu. Dini berusaha menggengam tangan sahabatnya dengan harapan sahabatnya tidak takut dan berjuang menenangkan hati demi adiknya walaupun Dini sendiri sebenarnya juga tidak bisa lepas dari lamunannya tentang si hantu muka rata.

“Gedebuk !” suara aneh datang dari sisi belakang fakultas Kedokteran yang diiringi dengan sekelebatan bayangan hitam. Hampir saja kedua teman akrab ini mengambil langkah seribu. Ruang belakang fakultas Kedokteran dekat garasi mobil universitas konon dipakai sebagai ruang penyimpanan mayat yang akan digunakan untuk praktek bedah anak-anak kedokteran. Banyak mahasiswa yang menemui fenomena ganjil bila melintas di daerah ini pada malam hari terutama anak-anak kedokteran dan MIPA.

Dengan tetap menguatkan tekad, keduanya berjalan cepat ke depan perpus pusat. Sesampainya di depan ATM BNI, keduanya harus menunggu karena ada cewek yang rupanya butuh ke ATM juga malam-malam begini. “Mungkin dia juga dalam keadaan darurat kayak kita,” kata Dini kepada Lita. Selang 5 menit cewek ini tidak kunjung keluar juga dari ATM. “Jangan-jangan ….?” bisik Lita pada sahabatnya. “Gak mungkin, kakinya menginjak tanah dan masak hantu pakai jeans ?” sergah Dini. Lita-pun tersenyum.

Untuk mencairkan suasana kedua sahabat ini berusaha ngobrol perihal adiknya Lita. Selang tak seberapa lama, cewek tadi keluar dan mengomel, “Sialan !” Mendengar umpatan ini, secara refleks Dini manyahutinya, ”Kenapa mbak ? ATM-nya rusak ?” ”Gak, cuma . . .” kata cewek ini sambil berbalik dan menyibak rambutnya. Seperti disihir Dini dan Lita terpaku dengan air muka ketakutan.

“Kenapa ? dia hantu muka rata ?” tanya Nadhir penasaran pada Ririn yang bercerita tentang teman satu kosnya Dini dan Lita ketika kami berkumpul di perpus jurusan untuk membahas rencana membuktikan keberadaan hantu muka rata yang konon sering muncul di ATM BNI di depan perpus pusat. “Ya, beruntung aku tidak mereka ajak waktu itu.” jawab Ririn yang merinding bila mengingat cerita kedua temannya ini. “Oke, gimana ? nanti malam jadi kita membuktikan keberadaan si hantu muka rata ini malam nanti ?” kataku kepada ketiga temanku yang di Fisika lebih dikenal sebagai ”Geng Fisika Teori” : Nadhir, Yosi dan Ririn. “Tetap jadi dong, siapa takut ?” sergah Yosi.

“Sip kalau begitu begini persiapannya ….., tapi sebentar, bukankah hantu muka rata yang di IKIP itu laki-laki, lalu pindah ke ATM BNI di depan perpus kok berubah jadi cewek ?” tanyaku penasaran. Semua menggeleng. “Oke, kita buktikan aja nanti malam,” celetuk Yosi.

bersambung . . .

3Cerita Hantu Muka Rata Empty Re: Cerita Hantu Muka Rata Sun Apr 26, 2009 4:11 pm

Dachin_Ajinomotoe

Dachin_Ajinomotoe
High Teacher
High Teacher

Hantu Muka Rata Part III : Pembuktian

Sudah satu jam sejak pukul 12 malam tadi, aku, Yosi, Ririn dan Nadhir duduk terdiam dengan kecemasan masing-masing di bangku depan perpustakaan pusat dekat ATM yang menghebohkan itu. Sejauh ini tidak terjadi apa-apa. Hanya bayangan hitam sekelebatan dan terpaan angin dingin beraroma mistis yang menyapa kami berempat. Hantu muka rata yang kami tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. “Emang dia punya batang hidung ? Bukankah mukanya rata ?” tanyaku membatin sambil tersenyum. “Kenapa tersenyum ? tanya

Ririn heran. “Gak apa-apa.” jawabku sekenanya.

“Sudah satu jam.” Yosi menyambung percakapan aku dan Ririn. “Aku kebelet pipis.” kata Ririn cengar-cengir. Aku menoleh ke Nadhir yang sejak tadi diam sambil menutup kedua matanya, “Gimana Dhir ? kita balik ?” tanyaku padanya. “Eh, ada apa ? dia sudah datang ?” “Kamu tertidur ya ?” gerutu Yosi. “Siapa bilang aku tertidur ?” jawab Nadhir menghindar. “Ririn kebelet pipis, gimana ? kita kembali ?” tanyaku mengulangi. “Terserah kamu aja, Sak.” jawab Nadhir.

Tiba-tiba datang seorang satpam dari arah kantor pusat, “Siapa kalian ? Ada apa malam-malam begini di sini ? Ini perempuan lagi.” Kaget juga mendapati ‘tamu gak diundang ini’. “Eh, kami panitia ospek pak.” jawabku reflek. “Kami bertiga mengantarkan teman perempuan kami ini ambil uang di ATM ini. Dia bendahara acara ospek di fakultas kami, MIPA.” jawab Yosi membohongi satpam itu. Memang saat ini adalah masa ospek mahasiswa baru. Setiap bertepatan dengan masa ospek, selalu tepat saat musim pancaroba dari penghujan ke kemarau. Pada saat-saat seperti sekrang ini, dinginnya Kota Malang seperti menusuk-nusuk tulang. Tapi kami berempat sama sekali bukan panitia ospek. “Ya sudah. segera kembali ambil uang dan kembalilah ke fakultas kalian.” Sebenarnya letak Fakultas MIPA hanya berseberangan jalan dengan perpustakaan pusat ini. Namun dari sini suasananya sep sekali, mungkin para panitia ospek yang beneran sedang beristirahat setelah seharian mengembleng mahasiswa baru. “Ayo sana !” perintah satpam berkumis tebal ini. Ririn kebingungan dan pura-pura masuk ke ruang kaca ATM ini, mengeluarkan KTM-nya yang juga ATM BNI, pura-pura mengambil uang, lalu keluar lagi. Ternyata satpam ini menunggui kami. Kontan aku, Yosi dan Nadhir dibuatnya kikuk. “ATM-nya rusak.” kata Ririn sejurus kemudian setelah keluar dari ruang ATM itu. “Biar saya cek pakai ATM BNI saya saja.” kata si satpam ini sambil berkata, “Walaupun satpam, saya juga punya ATM.” kata si satpam pamer. Yosi nyeletuk, “KTS ya pak ?” “Apa itu KTS ?” tanya pak satpam kebingungan. “Kartu Tanda Satpam.” jawab Yosi meledek. Pak satpam itu gak memperdulikannya lalu masuk ke ruang ATM itu tanpa menutup pintunya. Kami berempat kembali duduk ke bangku semula dan merencanakan melarikan diri sebelum satpam itu tahu kalau sebenarnya ATM-nya gak rusak. Namun tiba-tiba kami mendengar terikan tergagap, “Han…han…han…tuuuuuuuuuuu !!!!!” rupanya asal suara dari pak satpam itu. Ketakutan mencekam membuat wajahnya pusat pasi. Sementara di depan ruang ATM berdiri sesosok orang dengan rambut panjang berjubah putih. Kontan kami bertiga lari tunggang langgang.

Keesokan harinya kami mendengar berita bahwa pak satpam yang tadi malam itu ditemukan temannya tergeletak pingsan di ruang ATM BNI depan perpustakaan pusat.

Fin

4Cerita Hantu Muka Rata Empty Re: Cerita Hantu Muka Rata Sun Apr 26, 2009 4:19 pm

zelda_zelg

zelda_zelg
1st grade student
1st grade student

Dachin-san...
Sepertinya ku cicil dlu yah baca nya ^.^
Jdi ingat di primbon....
umm?

5Cerita Hantu Muka Rata Empty Re: Cerita Hantu Muka Rata Sun Apr 26, 2009 4:38 pm

Dachin_Ajinomotoe

Dachin_Ajinomotoe
High Teacher
High Teacher

zelda_zelg wrote:Dachin-san...
Sepertinya ku cicil dlu yah baca nya ^.^
Jdi ingat di primbon....
umm?

Silahkan saja Zel.

Sponsored content



Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik